Senin, 05 September 2011

A 6 yo Kid Named Michael -Part 1-

Pada tanggal 4 September 2011 kemarin, tepatnya pada waktu ibadah 4 di Bethany Church, saya beserta tim mempersiapkan special performance di balik tirai. Tiba-tiba mata saya tertuju pada satu orang anak. Dia cacat, tidak bisa berjalan, berbicara, dan berperilaku normal seperti halnya anak seumuran dia. Tidak sedikit kali ia mengeluarkan air liur dari mulutnya. But, I found something interesting. Ibunya sangat mencintai anak ini, dia tidak malu untuk memperlihatkan kasih sayangnya kepada anaknya di depan orang banyak. Saya melihatnya tersenyum senang.

Ibu dari anak itu mondar-mandir keluar masuk tirai, karena di samping dia ingin menikmati ibadah, dia juga cemas dengan anaknya yang pada saat itu sedang dijaga dengan 2 susternya. Ketika ibunya kembali menikmati ibadah, saya memberanikan diri untuk menghampiri anak itu dan bertanya siapa namanya. "Michael, ko..." Kata susternya...

Tibalah saatnya saya naik ke atas mimbar untuk pelayanan special performance. Harusnya, seusai performance, saya harus langsung siap-siap ganti baju untuk kembali melayani sebagai choir which is called SOT now. Tapi ada sesuatu yang menggerakkan hati saya untuk tetap duduk di balik tirai tadi. Then I sat down and think. Suddenly, God talk to me, "Hey son, you know what... I do really love that kid." Ketika saya mendengar pernyataan itu, entah kenapa, tiba-tiba air mata saya jatuh. Saya berkata-kata dalam hati saya, "Ya Tuhan, terimakasih sudah mengingatkanku kembali bahwa cinta-Mu itu ga hanya buat orang-orang yang sempurna, tapi bahkan buat orang-orang atau anak-anak yang tidak bisa berbuat apa-apa seperti dia." Lalu Tuhan kembali melanjutkan, "Aku bahkan punya sesuatu rencana yang besar buat dia, suatu rencana yang sulit dimengerti buat orang banyak. Dia akan mengajar banyak orang." Mendengar hal tersebut, saya kaget, "Tuhan, bagaimana dia bisa mengajar dengan segala kekurangan yang dia punya?" Tuhan cuma bilang, "Apakah kamu ragu denganKu?" Dan saya kembali mengeluarkan air mata. Di tengah kekaguman saya pada Tuhan, Dia kembali berkata di dalam hati saya, "Sampaikan pesanku ini kepada orang tuanya."

1 komentar: